mitrainformasi.com -
Gemericik air di Sungai Lenging seakan mengiringi lantunan sholawat yang dibacakan warga saat ribuan petani menggelar tradisi ritual Sadranan Seribu Ketupat di lembah Dawuhan, Dusun Gedongan, Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan Temanggung, Jumat (12/8/2022).
Sementara di dahan, burung-burung bernyanyi riang. Tupai sesekali terlihat meloncat diantara pohon kopi.
Pada tradisi sadranan yang dipusatkan di lembah yang merupakan sumber mata air untuk air minum, memasak dan pengairan persawahan, serta perkebunan tersebut warga bersyukur.
Warga juga membacakan kidung-kidung dan berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat, rezeki halal berlimpah, kesehatan, ketentraman dan ketaqwaan, serta jauh dari mara bahaya.
Usai berdoa, sesepuh warga kemudian membagikan ketupat dan gunungan dari hasil pertanian pada warga.
Sebagian warga makan bersama, sementara pemuda dan anak-anak melakukan perang air di saluran irigasi, yakni saling mencipratkan air hingga basah kuyub.
Turut dalam tradisi tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Saltiyono Atmaji dan Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan, SDM, Pendidikan dan Kebudayaan Tri Rahardjo.
Sekretaris Desa Ngemplak, Fauzi mengatakan, tradisi Sadranan Seribu Ketupat sesuai jumlah ketupat yang dikonsumsi Kiai Lenging, sang pepunden desa, ketika membuat irigasi yang kini terus dimanfaatkan warga.
Tokoh pemuda setempat, Agus Anang mengemukakan tradisi ritual sebagai wujud syukur pada Tuhan Yang Maha Esa dan rasa cinta pada alam lingkungan serta pelestarian sumber air.
Tradisi ritual, juga untuk mengenang jasa Kyai dan Nyai Lenging yang telah membuat saluran air untuk lahan pertanian warga.
"Kami bersyukur atas segala karunia dari Tuhan dan berharap tahun depan mendapat limpahan karunia yang lebih dari Tuhan," katanya.
Adapun nama Sadranan Seribu Ketupat diambil dari jumlah ketupat yang disediakan Nyai Lenging untuk Kiai Lenging saat mengerjakan saluran air.
Kiai Lenging membawa satu ketupat per hari atau seribu ketupat untuk dapat menyelesaikan saluran air. Setelah jadi, lantas digelar pagelaran wayang kulit sehari semalam.
Tri Rahardjo mengatakan, Pemkab Temanggung mendukung pelestarian tradisi budaya yang diantaranya adalah Sadranan Seribu Ketupat di Desa Ngemplak.
"Sadranan sebagai langkah untuk nguri-uri kebudayaan dan kearifan lokal, terutama dalam pelestarian lingkungan hidup, yakni mempertahankan sumber air," katanya.
Ia mengatakan, even tradisi seribu ketupat dapat semakin besar dan mampu menyedot lebih banyak wisatawan.
Angota Komisi D DPRD Kabupaten Temanggung, Bejo Tursiyam mengatakan, DPRD mendukung pelestarian tradisi budaya, sebab pada even tersebut sebagai sarana menurunkan nilai-nilai budaya pada generasi penerus.
"Temanggung kaya akan tradisi budaya, yang diantaranya sadranan. Even budaya ini mencerminkan keharmonisan warga, sehingga harus dilestarikan," tandasnya.